SELAMAT DATANG DIBLOG MAPALA UNSULTRA PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN PECINTA ALAM SULAWESI TENGGARA

BROSUR ROCK TO THE TOP

BROSUR ROCK TO THE TOP

KONFLIK KAMPUS

>> Rabu, 24 Juni 2009


AMIK Yapennas Lumpuh, Unsultra Kondusif

Kendari---Dua kampus berbeda yakni AMIK Yapennas dan Unsultra kini sedang dilanda pergolakan internal. Bila di AMIK urusannya karena tuntutan akreditasi kampus yang berbuntut demo bahkan sudah ada penyegelan kampus, maka di Unsultra keributan dipicu kontroversi SK BEM. Kasus ini bahkan sempat membuat dua kelompok mahasiswa adu jotos.
Tapi suasana kedua kampus itu kini berbeda. Di AMIK, situasi masih panas sedang di Unsultra mulai kondusif. Kampus AMIK Yapennas di sekitar bundaran Mandonga sudah dua hari ini tak punya aktivitas akademis. Pintu depan gedung yang mirip Ruko itu ditutup rapat para mahasiswa yang beberapa pekan terakhir getol berunjuk rasa menuntut proses akreditasi kampus. Para dosen dan pejabat AMIK pun tak punya reaksi apa-apa selain membiarkan keadaan itu berlangsung.



Aksi penutupan kampus yang berlanjut hingga kemarin memang sempat memancing reaksi dari para mahasiswa lain yang tak mau peduli soal akreditasi itu. Mahasiswa yang pro yayasan mendesak agar pintu utama kampus dibuka dan perkuliahan harus berjalan.
Situasi tersebut kemudian memicu emosi kedua kubu hingga terjadi perang mulut antara mahasiswa yang kontra dan pro yayasan. Argumentasi para mahasiswa pro yayasan juga terdengar naïf. Mereka mengaku tidak butuh akreditasi karena yang penting memiliki ilmunya. “Daripada proses perkuliahan tidak jalan, mending buka saja kampus dan kita belajar," teriak salah satu mahasiswa yang pro.
Pernyataan tersebut dibantah keras mahasiswa kontra yayasan yang menilai, meski berbagai keterampilan dapat diraih di AMIK Yapennas tapi tidak tanpa legalitas akan percuma juga. Pasalnya, dunia kerja tidak sekadar melihat keterampilan yang dimiliki, tapi rekruitmennya lebih awal meninjau dari legalitas ijazah yang dimiliki.
Korlap Front Mahasiswa Demokrasi (FMD), kelompok penutut akreditasi, Frenki Lebang mengatakan, proses penyegelan kampus AMIK Yapennas akan terus dilakukan. Mereka akan tetap menjaga kampus dan memboikot perkuliahan sampai ada kepastian yang jelas terhadap proses perpanjangan izin oprasional dan akreditasi program studi.
Salah satu mahasiswa pro Yayasan, Asrahim berharap agar perkuliahan tetap berjalan sambil menunggu proses akreditasi dilakukan. Pasalnya, ia merasa sangat rugi waktu dan biaya transportasi ke kampus tapi tetap tidak kuliah. Ia berharap agar pihak yayasan bisa mengurusi mereka. "Pihak yayasan saat ini sedang mengurus akreditasi itu di Jakarta. Jadi, kami berharap agar kampus dibuka dan perkuliahan berjalan," jelasnya.
Ketika koran ini mengonfirmasi kepada Direktur AMIK Yapennas Kendari, Hasria, S.Pd., M. Si menolak dengan alasan kondisi kesehatannya terganggu. Ia berjanji bersedia memberikan penjelasan hari ini. "Saya tidak bisa karena kesehatan terganggu dan masih akan membahas masalah tersebut dengan pihak yayasan," ujarnya saat dikonfirmasi melalui ponselnya.
Sedangkan di Unsultra, suasan perlahan mulai kondusif. Pasca insiden beberapa hari lalu, proses perkuliahan tetap berlanjut, aktivitas kampus pun mulai normal. Meskipun, kondisi tersebut dinilai masih sangat labil dan masih berpotensi memicu konflik.
Mahasiswa kontra BEM terpilih, Juapril yang juga pengurus Mapala Unsultra berharap agar konflik dapat dimediasi oleh pihak rektorat. Pihaknya menginginkan agar pihak rektorat mempertemukan keduanya dan meninjau kembali SK kepengurusan BEM terpilih. "Soalnya, proses pemilihan BEM Unsultra tidak melalui mekanisme dan proses sesungguhnya," terang Juapril yang juga Ketua BEM Fakultas Hukum Unsultra itu, kemarin.
Di tempat terpisah, pengurus BEM Unsultra terpilih, Hasrul Liana sepakat jika penyelesaian konflik dimediasi pihak rektorat. "Kami tetap berharap agar ada perdamaian dengan pihak yang kontra pengurus BEM. Hanya saja, kami akan tetap pertahankan bahwa pengurus BEM terpilih itu sah dan dibuktikan dengan SK Rektor Unsultra, Ichlas Mappilawa," jelas Hasrul Liana.
Akibat polemik terbitnya SK kepengurusan BEM Unsultra tersebut, tindak kekerasan pun terjadi di Kampus Unsultra. Pengurus BEM terpilih mengaku menjadi korban pengeroyokan dari mahasiswa yang kontra. Dalam insiden yang terjadi Senin (15/6) lalu, tiga pengurus BEM jadi korban yakni Hasrul Liana, Amdala dan Saleyanto.
"Saya hanya lecet di betis, Amdala memar di pipi, dan Saleyanto patah tangan kiri. Saleyanto sempat dirawat satu hari di RSUD Sultra, tapi kini sudah kembali ke rumahnya," terang Hasrul. Ia pun bersama dua rekannya itu melaporkan kasus tersebut ke Mapolsekta Kemaraya, Selasa (16/6) lalu.
Kapolsekta Kemaraya, AKP Iwan Irmawan melalui Kanit Reskrimnya, Aiptu Alimuddin membenarkan adanya laporan dari Hasrul Liana Cs tentang kasus pengeroyokan itu. Kini, kasus tersebut sedang dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian. "Kami masih menyelidiki kasus tersebut dan akan tetap ditindaklanjuti," terangnya. (cr3)

0 komentar:

Forum Komunikasi Masyarakat Sultra

About This Blog

Forum Komunikasi Masyarakat Sultra

Lorem Ipsum

Kendari Blogger Community

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP